Jumat, 16 Juli 2010

profil caocao

Cao Cao merupakan seorang tokoh Zaman Tiga Negara yang terkenal. Ia dikenal sebagai pemikir ulung, ahli strategi dan juga pakar perang. Nama lengkapnya adalah Cao Mengde, juga dikenali sebagai Cao Aman yang merupakan nama ringkasnya, Dia dilahirkan di kota Qiao (sekarang di wilayah propinsi Anhui). Ayah Cao Cao ( Cao Mengde ), Cao Song adalah seorang yang dilahirkan dengan marga Xiahou dan nama Song. Xiahou Song adalah nama lengkapnya. Tetapi Xiahou Song kemudian di angkat anak oleh Salah seorang Keluarga Cao, yaitu Kasim Cao Teng.

Di masa mudanya, Cao Cao sangat menyukai kegiatan Berburu, bernyanyi, dan menari. Cao Cao adalah orang dengan banyak akal dan sangat pintar. Salah seorang Paman Cao Cao, melihat Cao Cao membuang-buang waktu dengan kegiatan tidak berguna kemudian mengadukan Cao Cao kepada Ayahnya, Cao Song. Hal ini mengakibatkan Cao Cao di marahi habis habisan oleh ayahnya.



Cao Cao akhirnya tumbuh dengan moral buruk dan tidak terkendali. Seseorang yang bernama Qiao Xian pernah berkata kepada Cao Cao, “Pemberontakan akan segera terjadi. Hanya orang dengan kemampuan luar biasalah yang mampu membuat dunia kembali kedalam keadaan damai.Dan orang itu adalah Kau”. Hal yang sama juga di ucapkan oleh He Yong. Dengan ucapan-ucapan tersebut, Cao Cao mencoba menemui seorang bijak dari Runan, Xu Shao. Cao Cao bertanya kepada Xu Shao, “Orang seperti apakah aku ini?”. Xu Shao menjawab “Di Masa damai kau adalah bawahan yang sangat berguna, Di Masa Kacau kau adalah Pahlawan Yang Licik”.

Di umurnya yang ke-20, Cao Cao lulus dan menjadi terkenal dengan kelakuan baiknya dan juga integritasnya. Cao CAo kemudian menempati posisi sebagai Commanding Officer di sebuah daerah yang dekat dengan Ibu Kota. Di sini Cao Cao menjadi semakin terkenal dengan kebijakannya menghukum mereka yang melanggar hukum tanpa memandang kedudukan mereka. Hal ini merupakan sesuatu yang jarand di jaman tersebut. Dalam waktu singkat Cao Cao kemudian di angkat menjadi Magistrate wilayah Dunqiu.



Saat pemberontakan Yello Ribbon di AD 184, Cao Cao dipromosikan dari Jendral ke Cavalry Commander dan diberikan sebanyak 5000 Tentara berkuda untuk ia komandani. Cao Cao lalu di tugaskan untuk membantu Huangfu Song dan Jhu Zun di Ying Chuan. Saat tentara Cao Cao sampai di Changse, mereka menemukan tentara pembrontak yang sedang melarikan diri. Cao Cao memerintahkan tentaranya untuk membantai mereka. Ribuan tentara pemberontak Yellow Scarf di potong hingga berkeping-keping oleh tentara Cao Cao. Tentara yang melarikan diri itu di pimpin oleh dua dari tiga Pencipta Pembrontak Yello Scarf, Zhang Bao dan Zhang Liang. Mereka berdua berhasil meloloskan diri dari pembataian tentara Cao Cao.
Cao Cao memutuskan untuk mengejar keduanya sehingga akhirnya Zhang Bao dan Zhang Liang memutuskan untuk mengambil jalan berbeda. Cao Cao memutuskan untuk mengejar Zhang Liang dan membiarkan Zhang Bao melarikan diri.

Menjelang akhir dinasti Han, yang merupakan salah satu dinasti terlama di antara dinasti-dinasti lain di China, tiga buah negara yaitu Wei, Wu dan Shu berkompetisi satu dengan yang lain berebut kekuasaan. Cao Cao, yang menjadi penguasa Wei adalah yang paling kuat di antara ketiganya dan mendominasi daerah utara. Dia juga menjadi perdana menteri kekaisaran Han yang sepenuhnya mengontrol raja muda dinasti Han. Dengan menggunakan nama raja, dia memberi perintah dan menyerang mereka yang tidak mematuhinya. Dia bermaksud untuk menghancurkan negara Shu dan Wu dan memperluas kekuasaannya ke seluruh China. Sebagai orang yang bermuka dua, Cao Cao tidak hanya seorang prajurit profesional yang baik tetapi juga seorang yang berpendidikan. Tetapi dia sangat kejam, tidak setia dan penuh curiga. Motonya yang terkenal adalah: “Lebih baik saya mengkhianati seluruh dunia daripada membiarkan seluruh dunia mengkhianati saya.”



Kemenangan terbesarnya adalah Pertempuran Guandu menaklukkan Yuan Shao yang pada saat itu merupakan jenderal perang terbesar di wilayah utara Tiongkok. Setelah penaklukan itu, ia resmi menjadi perdana menteri dan berhasil mempersatukan Tiongkok utara. Sementara itu kekalahannya yang terbesar adalah ketika pertempuran Chibi atau yang dikenal dengan nama Red Cliff.
Jumlah pasukan Cao Cao jauh lebih banyak daripada jumlah pasukan gabungan dua kekuatan Wu dan Shu yang hanya berjumlah 50.000 orang. Mereka ditempatkan di sebelah utara Sungai Yangtze. Kontak senjata awal dengan angkatan laut Wu menyebabkan kerusakan parah pada pasukan Cao. Kebanyakan pasukan Cao hampir tidak dapat berdiri dalam perahu yang bergoyang karena mereka adalah orang utara yang tidak mempunyai pengalaman berperang di air. Maka Cao Cao memerintahkan dua orang jenderal yang baru direkrut Zhang Yun dan Cai Mao, yang sebelumnya menjabat sebagai petinggi angkatan laut Wu dan berkhianat membelot ke pasukan Cao Cao dengan tujuan melatih orang-orang Cao Cao. Kompi angkatan laut lalu dibentuk; latihan militer dilaksanakan sepanjang hari; obor-obor yang dinyalakan untuk menerangi medan latihan menerangi langit.

Tentara Cao Cao yang tidak terbiasa peperangan di air mengalami mabuk karena goncangan-goncangan di kapal, sehingga disetujuinya sebuah usul untuk menggabungkan kapal-kapal yang ada satu sama lain dengan rantai. Ini membuat Cao Cao sangat bangga dan tentaranya tidak mabuk. Namun kebanggaan itu berubah menjadi malapetaka bilamana tentara Kerajaan Wu, musuh Cao Cao saat ini, mengirimkan api melalui kapal yang sengaja dibakar. Dalam waktu singkat, kehancuran dan kekalahan harus dialami Cao Cao.



Kekalahan Cao Cao memberikan rasa percaya diri yang tinggi kepada Kerajaan Wu, meskipun mereka memiliki tentara yang lebih sedikit dari Cao Cao namun mereka memiliki keuntungan alamiah dengan adanya Sungai Yangtze dan kemampuan mereka yang sudah terbiasa berperang di air. Bagi Liu Bei, pertempuran Chibi memberikan pijakan yang berarti karena dapat menguasai Jingzhou bagi membangun tentara dan bahan makanan sementara Kerajaan Wu mencoba menguasai Hefei.
Sementara itu, dengan dikawal oleh pengawalnya, Cao Cao melarikan diri melalui hutan yang terbakar. Mereka hampir keluar dari hutan ketika mereka diserang oleh tentara gabungan Wu dan Shu yang telah menanti di jebakan. Setelah melewati tiga jebakan yang dipasang oleh Zhuge Liang, pasukan Cao yang masih sisa hanya tinggal beberapa ratus orang saja. Namun tiba-tiba pasukan mereka dihadang oleh pasukan Guan Yu yang menunggu mereka.



Guan Yu tidak pernah melupakan perlakuan Cao dan kebaikannya di masa lampau. Dia merasa berutang budi. Melihat kondisi Cao dan orang-orangnya yang kacau balau, dia tidak tega menangkap Cao Cao. Maka ia memerintahkan perwiranya untuk membuka jalan buat Cao Cao. Setelah Cao Cao dan orang-orangnya berlari untuk melewatinya, Guan Yu tiba-tiba berteriak supaya mereka berhenti seakan-akan dia menyesali perbuatannya. Pada saat itu, orang-orang Cao turun dari kuda-kuda mereka, berlutut di hadapan Jenderal Guan Yu dan menangis. Jenderal merasa sangat kasihan kepada mereka. Sambil menghela napas, dia akhirnya melepaskan mereka. Dari pasukan Cao Cao yang berjumlah 200.000 orang, hanya dua puluh delapan yang selamat dari pertempuran di Chibi. Dengan runtuhnya kekuatan militer kerajaan Wei, terbentuklah kekuatan yang seimbang di antara ketiga kerajaan: Wei, Shu dan Wu.
Cao Cao akhirnya harus meninggal bukan dalam pertempuran, namun karena sakit yang dideritanya. Sejak dirinya sakit-sakitan, dia memanggil seorang Tabib handal bernama Hua To, namun karena kecurigaannya terhadap Hua To, akhirnya Cao Cao menjebloskan tabib tersebut ke dalam penjara. Karena tidak diobati lagi, akhirnya Cao Cao meninggal di daerah Luoyang.



Dalam game, sering sekali dikisahkan bahwa Liu Bei ialah tokoh yang baik sedangkan Cao Cao ialah tokoh yang jahat, sebenarnya di dalam sejarah yang sebenarnya tidak ada tokoh yang jahat dan baik tetapi lebih merupakan tokoh-tokoh yang berambisi di dalam penguasaan China pada waktu itu. Bahkan dalam sejarah mengatakan sebenarnya Cao Cao merupakan tokoh yang lebih hebat dari Liu Bei, bahkan dia dapat menyusun suatu buku tentang strategi perang yang bagus tetapi karena kesombongannya, semua buku tersebut dibakarnya. Rakyat di bawah pemerintahan Cao Cao pada masa itu hidup makmur dan jaya. Memang Cao Cao merupakan tokoh yang keras, pintar dan sedikit kejam.



Dari berbagai sumber.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar