Selasa, 20 Juli 2010

Saya Kira Kingkong

Kaisar Ming sangat disegani di dataran Mongolia. Dari berbagai kisah perangnya yang mengerikan, terselip sebuah kisah yang menggelikan. Alkisah Baginda mempunyai seorang putri yang cantik jelita.

Suatu hari, datanglah 3 orang pangeran yang hendak melamar tuan putri. Karena bingung untuk memilih, sang putri meminta baginda memberikan syarat. Baginda memberikan tugas untuk mencari benda-benda tertentu kepada ketiga pangeran tersebut dan diberi waktu satu tahun untuk mendapatkannya.

Selang setahun kemudian, sang pangeran pertama datang menghadap.

Baginda: Hei Pangeran, mana telur naga sakti yang kuminta itu?

Pangeran I: Ampun tuanku… hamba gagal.

Baginda: (merah padam) Apa…???!!! Pengawal, potong kedua tangannya!!!

Selang beberapa waktu kemudian, Pangeran kedua datang. Tampak lesu dan sedih.

Baginda: Pasti kamu gagal mendapatkan sirip hiu putih yang kuminta itu…

Pangeran II: Ampun tuanku, hamba nggak bisa berenang…

Baginda: Dasar Pangeran O’on… Pengawal, potong kedua kakinya…

Baginda menjadi putus asa… sampai seminggu kemudian, datanglah pangeran ketiga. Wajahnya kusam kusut. Pakaiannya compang camping. Sekilas, tampak dia baru saja mengalami peristiwa-peristiwa sulit. Dengan senyum lebar, pangeran ketiga menghadap Baginda.

Baginda: Aha… Pasti kamu berhasil.

Pangeran III: Setelah mengalami berbagai masa-masa sulit akhirnya saya berhasil mempersembahkannya untuk baginda.

Baginda: He he he… jadi sekarang mana bola ping pong kesayanganku yang hilang setahun yang lalu?

Pangeran III: PING PONG??? Saya kira KINGKONG…!!!

BBM Naik Lagi Rakyat Miskin Pasti Berkurang..

Ada yang punya analisis dan menyimpulkan bahwa kenaikan Harga BBM dapat mengakibatkan jumlah rakyat miskin turun…?!

Kaya’ yang dibilang LPEM-UI bahwa adanya korelasi kenaikan BBM dengan penurunan rakyat miskin. Kenaikan BBM sebesar 10% dapat menurunkan jumlah rakyat miskin sampe 14%.

Jadi, penurunan jumlah rakyat miskin ini bisa mencapai 100%, apabila kenaikan BBM tersebut mencapai 100%.

Analisisnya adalah sebagai berikut:
Harga BBM naik – tadinya rakyat miskin yang naik bis, sekarang jadi jalan kaki… terus di jalan ketabrak metromini yang ngebut karena nguber setoran (gara-gara BBM-nya naik), terus mati… – RAKYAT MISKIN BERKURANG

Tadinya rakyat miskin makan sehari 1x, terus jadi makan 1x tapi buat 3 hari (karena daya belinya turun)… lama-lama mati kelaparan… – RAKYAT MISKIN BERKURANG

Tadinya rakyat miskin yang pada sakit masih bisa beli obat generik… terus BBM naik jadi nggak bisa beli lagi… akhirnya mati… – RAKYAT MISKIN BERKURANG

Atau tadinya rakyat miskin yang sakit masih bisa ke puskesmas naik angkot, sekarang cuma jalan kaki, terus ketabrak metromini, malah mati di jalan… – RAKYAT MISKIN BERKURANG

Ada rakyat miskin yang jadi stress… mikirin BBM yang naik, saking mikirnya… ampe lupa makan dan minum… akhirnya mati juga… – RAKYAT MISKIN BERKURANG

Ada rakyat miskin yang kreatif dan berinisiatif… buat menuhin kebutuhan dia nyolong ayam tetangga… ketangkep, digebukin massa… ampe mati juga… – RAKYAT MISKIN BERKURANG

Atau rakyat miskin yang nyolong ayam tadi ternyata bisa lolos, lantas ayam curiannya itu dimakan… akhirnya kena flu burung… mati juga… – RAKYAT MISKIN BERKURANG

Soal kenapa bisa dapet angka 14%… karena dari 100 orang miskin itu… yang mengalami kejadian di atas total ada 14 orang maka dapet angka 8+4+2 dibagi 100 kali 100% = 14%. Demikian analisis ini dibuat secara sederhana, mudah dicerna, anti njlimet…

Jadi kesimpulannya :
Langkah pemerintah menaikkan BBM sudah cukup tepat… hanya saja naiknya masih kurang tinggi. Coba kalau dinaikin tinggi-tinggi… pasti makin cepat lagi pengurangan rakyat miskin di negeri ini. Semoga pemerintah kita membaca analisis ini… dan segera saja naikin lagi, amien…

Kesimpulan lain:
BBM naik setinggi-tingginya biar tambah banyak orang jadi maling ayam, kalau digebukinnya nggak sampe mati dan malah masuk penjara, kan lumayan tuh bisa makan gratis di penjara… ketimbang di rumah mau beli makanan yang semakin naik harganya karena makanan diangkut pake transportasi, lha wong BBM naik kok tarif makanan gak boleh naik.

Si Jenius Joko

Bu Sri, seorang guru kelas satu SD, sangat kesal dengan seorang muridnya yang bernama Joko.

Bu Sri: “Joko, mengapa kamu tidak mau mengikuti pelajaran di kelas?”

Joko: “Saya anak cerdas, pelajaran kelas satu terlalu mudah untuk saya, bahkan saya dapat mengerjakan semua punya kakak saya yang di kelas tiga, seharusnya saya ada di kelas tiga juga!”

Bu Sri merasa kesal. Ditariklah si Joko ini ke ruang Kepala Sekolah.

Ketika si Joko menunggu di depan ruang Kepala Sekolah, Bu Sri menjelaskan pada Pak Amir, si Kepala Sekolah, mengenai kelakuan muridnya yang bernama Joko ini.

Pak Amir kemudian ingin mengetahui seberapa pandai si Joko ini sehingga ia berkeinginan ditempatkan di kelas tiga, apabila ia tidak dapat menjawab test yang diberikan oleh Pak Amir, maka ia harus kembali sebagai murid kelas satu dan berkelakuan yang sepantasnya, atau apabila tidak menurut maka orang tuanya harus dipanggil. Bu Sri pun setuju.

Pak Amir: “Joko, berapa 3×3?”

Joko: “9.”

Pak Amir: “Berapa 6×6?”

Joko: “36.”

Kemudian Pak Amir memberikan test-test berikutnya sesuai dengan mata pelajaran kelas tiga SD dan semua pertanyaan tersebut dapat dijawab dengan benar oleh si jenius Joko.

Pak Amir lalu berkata pada Bu Sri: “Saya rasa Joko dapat langsung dipindahkan ke kelas tiga.”

Bu Sri: “Pak Amir, mohon tunda dahulu keputusan ini. Saya akan memberikan beberapa pertanyaan lagi pada Joko.”

Pak Amir dan Joko setuju.

Bu Sri: “Joko, apa yang dimiliki sebanyak empat buah oleh seekor sapi sedangkan saya hanya punya dua?”

Dengan cepat Joko menjawab: “Kaki.”

Bu Sri: “Apa yang ada di celanamu tapi tak ada di celana saya?”

Joko: “Saku/kantong.”

Bu Sri: “Coba tebak sebuah benda dalam bahasa Inggris yang dimulai dengan huruf ‘C’ dan diakhiri huruf ‘T’, di mana benda tersebut berbulu, bulat, lonjong, panjang, dan mengandung cairan berwarna putih?”

Joko: “Coconut.”

Kening Pak Amir berkerut dengan mata membelalak…

Bu Sri: “Benda apa yang dimasukan dalam keadaan keras, kemudian memerah, dan dikeluarkan setelah lembek dan lengket?”

Joko: “Permen karet.”

Bu Sri: “Apa yang dilakukan pria dalam kondisi berdiri, wanita dengan duduk, dan anjing dengan satu kaki diangkat?”

Joko: “Jabatan tangan.”

Bu Sri: ” Sekarang saya akan bertanya mengenai ‘Siapa saya’, okay?”

Joko: “Ya, Bu Sri!”

Bu Sri: “Anda memasukan tiang anda pada saya. Anda mengikat saya untuk membangkitkan saya. Saya basah sebelum anda basah. Siapa saya?”

Joko: “Tenda.”

Bu Sri: “Sebuah jari memasuki saya. Anda menggerakan si jari tersebut. Pengantin pria adalah yang pertama melakukannya. Siapa saya?”

Joko: “Cincin kawin.”

Bu Sri: “Saya terdiri dari berbagai ukuran. Ketika saya sakit, cairan menetes. Siapa saya?”

Joko: “Hidung.”

Bu Sri: “Saya mempunyai pentungan keras. Ujungku dapat menembus. Siapa saya?”

Joko: “Panah.”

Bu Sri: Saya test anda dalam bahasa Inggris lagi. Sebutkan sebuah kata yang dimulai dengan huruf ‘F’ dan diakhiri huruf ‘K’ yang dapat memberikan kenikmatan?”

Joko: “Firetruck”

Pak Amir langsung menyela Bu Sri supaya tidak menanyai Joko lebih lanjut sambil berkata: “Bu Sri, taruh Joko di kelas lima. Dia lebih pandai dari saya di mana jawaban saya untuk sepuluh pertanyaan terakhir tidak ada yang benar.”

Rahasia Umur Sapi, Monyet, Anjing, dan Manusia

Di awal zaman, Tuhan menciptakan seekor sapi. Tuhan berkata kepada sang sapi. Hari ini kuciptakan kau sebagai sapi, engkau harus pergi ke padang rumput. Kau harus bekerja di bawah terik matahari sepanjang hari. Kutetapkan umurmu sekitar 50 tahun. Sang Sapi keberatan. Kehidupanku akan sangat berat selama 50 tahun. Kiranya 20 tahun cukuplah buatku. Kukembalikan kepadamu yang 30 tahun. Maka setujulah Tuhan.

Di hari kedua, Tuhan menciptakan monyet. Hai monyet, hiburlah manusia. Aku berikan kau umur 20 tahun! Sang monyet menjawab “What? Menghibur mereka dan membuat mereka tertawa? 10 tahun cukuplah. Kukembalikan 10 tahun padamu.” Maka setujulah Tuhan.

Di hari ketiga, Tuhan menciptakan anjing. Apa yang harus kau lakukan adalah menjaga pintu rumah majikanmu. Setiap orang mendekat kau harus menggongongnya. Untuk itu kuberikan hidupmu selama 20 tahun. Sang anjing menolak: “Menjaga pintu sepanjang hari selama 20 tahun? No way! Kukembalikan 10 tahun padamu”. Maka setujulah Tuhan.

Di hari keempat, Tuhan menciptakan manusia. Sabda Tuhan: “Tugasmu adalah makan, tidur, dan bersenang-senang. Inilah kehidupan. Kau akan menikmatinya. Akan kuberikan engkau umur sepanjang 25 tahun! Sang manusia keberatan, katanya, “Menikmati kehidupan selama 25 tahun? Itu terlalu pendek Tuhan.

Let’s make a deal. “Karena sapi mengembalikan 30 tahun usianya, lalu anjing mengembalikan 10 tahun, dan monyet mengembalikan 10 tahun usianya padamu, berikanlah semuanya itu padaku. Semua itu akan menambah masa hidupku menjadi 75 tahun. Setuju?” Maka setujulah Tuhan.

Akibatnya…

Pada 25 tahun pertama kehidupan sebagai manusia dijalankan kita makan, tidur dan bersenang-senang.

30 tahun berikutnya menjalankan kehidupan layaknya seekor sapi kita harus bekerja keras sepanjang hari untuk menopang keluarga kita.

10 tahun kemudian kita menghibur dan membuat cucu kita tertawa dengan berperan sebagai monyet yang menghibur.

Dan 10 tahun berikutnya kita tinggal di rumah, duduk di depan pintu, dan menggonggong kepada orang yang lewat. Uhuk, uhuk (batuk)… Eh, Ntong, mo ke mane lo? Hehehe…

anak yatim

Faqih: Eh… Bet! Mana kalimat yang benar?
A. Anak Yatim itu dipukuli ayahnya.
B. Anak yatim itu dipukulkan ayahnya.

Albert: Pasti . . . Anak yatim itu dipukuli ayahnya dong!!!

Faqih: Salah.

Albert: Apaan dong!!!

Faqih: Nggak ada yang bener, anak yatim mana punya ayah…

Albert: @#$%#@

Minggu, 18 Juli 2010

Bersama Menghancurkan Pemberontak

Setelah bersumpah menjadi saudara dan berhasil merekrut pasukan pertamanya pada keseokan harinya 3 saudara itu mulai mempersiapkan diri mereka semua untuk maju kemedan perang melawan para pemeberontak.

Setelah senjata dikumpulkan dan dibagi-bagikan mereka sadar bahwa mereka tidak memiliki kuda seekorpun. Tetapi mereka di gembirkan oleh kabar bahwa ada seorang pedangang kuda yang barus memasuki kota.

“Langit membantu kita”, kata Liu Bei.

3 saudara tersebut menyambut sang pedangang kuda tadi. Mereka adalah Zhang Shi Ping dan Su Shuang dari ZhongShan. Mereka pergi kedaerah utara setiap tahunnya untuk membeli kuda. Mereka sekarang sedang dalam perjalanan pulang karena adanya pemberontakan dimana-mana. 3 saudara itu mengundang mereka pergi ke tanah pertanian Zhang Fei dan menjamu mereka dengan arak. Liu Bei lalu menceritakan rencana mereka untuk berjuang mengembalikan kedamaian bagi rakyat. Kedua pedagang itu sangat bersimpati dan akhirnya memberikan 50 kuda, 500 ons emas dan perak, 1500 pon besi baja untuk dibuat senjata.


3 saudara itu sangat berterima kasih dan kemudian saudagar kaya itu meninggalkan mereka. Kemudian Liu Bei mencari seorang pandai besi untuk membuat senjata, Liu Bei membuat pedang kembar yang disebut “Shuang Jian“, Guan Yu membuat sebuah tombak besar dengan ujung yang melengkung dan berukiran naga hijau di sisinya dengan berat 100 pon yang disebut “Qing Long Yan Yue Tao” dan Zhang Fei membuat sebuah tombak dengan ujung seperti lekukan ular dan panjang 10 kaki disebut “She Mao“.

Dan mereka pun juga dilengkapi dengan baju besi dan helm. Ketika senjata sudah siap, pasukan yang kini berjumlah 500 orang tentara bergerak menuju tempat Komandan Zhou Jing yang membawa mereka kepada gubernur Liu Yan. Ketika Prosesi upacara selesai, Liu Bei memperkenal Diri pada Liu Yan dan Liu Yan memperlakukan Liu Bei dengan hormat karena didasarkan pada silsilah Liu Bei.

Tidak lama sebelumnya diberitakan bahwa pasukan pemberontak jubah kuning di bawah pimpinan Cheng Yuan Zi telah menyerang daerah sekitarnya dengan pasukan berkekuatan 15.000 orang. Liu Yan dan Zhou Jing memerintahkan Liu Bei dan saudaranya untuk menghadapi pasukan pemberontak. Liu Bei dengan senang hati menerima perintah itu dan langsung mempersiapkan pasukannya untuk pergi menuju bukit Da Xing. Di sana mereka bertemu dengan pasukan pemberontak jubah kuning. Liu Bei langsung menerjang maju, diikuti dengan Guan Yu Di kirinya dan Zhang Fei di kanannya.

Sambil melaju mendekati pasukan musuh Liu Bei berteriak “Hai, Pemberontak, mengapa kau tidak turun dari kudamu dan menyerahlah !!!” Pimpinan pasukan pemberontak Cheng Yuan Zi mendengar ejekan Liu Bei langsung mengirimkan salah satu jendralnya Deng Mao untuk bertarung. Ketika Deng Mao maju mendekati Liu Bei, Zhang Fei langsung memacu kudanya berada didepan Liu Bei, hanya dengan sekali hunusan Tombak Zhang Fei langsung merobohkan Deng Mao. Cheng Yuan Zi yang melihat hal ini langsung mengambil senjatanya dan memacu kudanya mendekati Zhang Fei. Kali Ini Guan Yu yang menghadang, Guan Yu langsung mennebaskan Goloknya dan seketika itu juga tubuh Cheng Yuan Zi terbelah menjadi
dua.

Karena pemimpinnya sudah tewas maka pasukan pemberontak langsung lari kocar-kacir dan meninggalkan persenjataan mereka. Tentara pemerintah langsung mengejar mereka, banyak yang berhasil ditangkap dan akhirnya perang hari itu dimenangkan oleh pasukan kerajaan.

Ketika mereka semua kembali, Liu Yan langsung menyambut mereka dan membagikan hadiah. Tapi keesokan harinya datang surat dari gubernur Gong Jing dari wilayah JingZhou yang menginformasikan kota mereka sedang dikepung oleh tentara pemberontak dan kota sudah hampir jatuh. Mereka membutuhkan bantuan segera.

Liu Bei begitu mendengar kabar ini langsung memutuskan untuk berangkat membantu. Liu Bei langsung berangkat keesokan paginya dengan tentaranya dan dibantu dengan 5000 tentara kerajaan dibawah pimpinan jendral Zhou Jing. Tentara pemberontak begitu melihat ada bantuan yang datang langsung membagi pasukannya, 1/2 menghadapi pasukan Liu Bei dan Zhou Jing. Pasukan Liu Bei tidak dapat menembus pertahanan pasukan pemberontak akhirnya memutuskan mundur sejauh 10 Km. Liu Bei
lalu berkata “Kita sedikit dan mereka terlalu banyak, mereka hanya dapat kita kalahkan dengan strategi yang jitu.”

Akhirnya direncanakanlah serangan mendadak, Di jalan menuju kota Liu Bei memerintahkan Guan Yu untuk bersembunyi di sebelah kanan dan Zhang Fei di sebelah kiri, sedangkan Liu Bei memimpin pasukan utama. Ketika persiapan telah selesai lalu Liu Bei maju mendekati pasukan pemberontak, dan ketika pasukan pemberontak juga bergerak maju tiba-tiba Liu Bei membunyikan gong tanda mundur. Pasukan Pemberontak yang mengira pasukan Liu Bei takut lalu langsung mengejar pasukan Liu Bei hingga masuk kedalam jalan setapak. Gong lalu dibunyikan tanda pasukan Guan Yu dan Zhang Fei menyerang sekarang. Lalu pasukan pemberontak terjebak dari 3 sisi dan mereka mengalami korban jiwa yang banyak. Mendengar kabar bahwa teman-teman mereka diserang secara tiba-tiba, pasukan pemberontak yang lain datang membantu dan mengakibatkan pengepungan terhadap kota jadi melemah, melihat hal ini gubernur Gong Jing langsung memimpin pasukan yang tersisa berjumlah 3000 orang langsung menyerbu keluar benteng. Tentara pemberontak yang kebingungan akhirnya dapat dihancurkan dan mereka banyak yang terbunuh.

Setelah perayaan kemenangan Komandan Zhou Jing memohon diri untuk kembali ke Yizhou. Tapi Liu Bei berkata “Kami dengar komandan Lu Zhi sedang berjuang melawan serang pemberontak yang dipimpin Zhang Yue di GuangZong. Lu Zhi adalah guruku dan aku ingin membantunya.”

Akhirnya Zhou Jing dan Liu Bei berpisah, dan 3 bersaudara itu akhirnya pergi ke GuangZong dengan tentara mereka. Mereka akhirnya berhasil sampai keperkemahan tentara Lu Zhi dan mereka diterima disana dengan baik.

Pada saat itu bala tentara Zhang Yue berjumlah 150.000 orang sedangkan tentara Lu Zhi berjumlah 15.000 orang. Setiap hari terjadi pertempuran kecil tetapi tidak ada yang dapat mengalahkan satu sama lain.

Lu Zhi berkata pada Liu Bei, “Aku dapat mengepung pemberontak itu disini, tetapi Zhang Ba dan Zhang Lian menekan Huangfu Song dan Zhu Jun di YiChuan. Aku akan memberimu 1000 tentara untuk melihat keadaan mereka dan setelah itu baru kita pikirkan rencana penyerangan kita.”

Akhirnya Liu Bei berangkat secepatnya menuju YiChuan, Pada saat ini tentara kerajaan berhasil memukul mundur pemberontak hingga ke Chang Se dan mereka berkemah di lapangan rumput.

Melihat hal ini Huangfu Song berkata kepada Zhu Jun ” Tentara pemberontak berkemah di rerumputan, kita dapat menyerang mereka dengan api.”

Akhirnya tentara kerajaan diperintahkan untuk mengambil rumput kering, dan rumput-rumput itu dikumpulkan lalu disirami minyak. Rumput-rumput itu diletakan di sekeliling daerah perkemahan tentara pemberontak. Ketika malam tiba, angin tiba-tiba berhembus menuju arah kamp pemberontak. Ketika melihat hal ini, maka Huangfu Song dan Zhu Jun langsung memerintahkan penyerangan, seketika itu api berkobar menutupi perkemahan tentara pemberontak. Tentara pemberontak kebingungan dan kebanyakan mati mengenaskan karena terbakar. Tidak ada waktu lagi untuk memakai baju zirah dan menaiki kuda, mereka semua berserakan ke segala arah.

Pertempuran berlangsung hingga fajar menyingsing, Zhang Ba dan Zhang Lian beserta sekelompok kecil pemberontak berhasil melarikan diri. Tetapi tiba-tiba di hadapan mereka muncul sekelompok tentara dengan bendera berwarna merah. Pemimpin mereka berukuran tubuh sedang, dengan mata yang kecil dan janggut yang panjang. Dia adalah Cao-Cao dari Bei Juo, dia berpangkat jendral pasukan berkuda kerajaan. Ayahnya adalah Cao Song, tapi bukanlah benar-benar keturunan keluarga Cao. Cao Song terlahir dengan marga XiaoHou, tetapi dia telah diangkat anak oleh Kasim Cao Teng dan merubah marganya.

Sebagai seorang pemuda Cao-cao menggemari berburu, musik dan tarian. Dia sangat berbakat dan penuh dengan akal. Seorang pamannya sering melihat Cao-cao ini sangat labil, terkadang marah kepadanya dan melaporkan perilaku buruknya kepada orang tua Cao-cao. Ayahnya lalu memarahi Cao-cao.

Tetapi Cao-cao membalasnya, Suatu hari ketika Cao-cao melihat pamannya datang, maka dia tiba-tiba pura terjatuh dan kesakitan. Sang Paman lalu lari dan mengatakan pada ayahnya yang akhirnya datang melihat, tetapi ketika ayahnya datang Cao-cao baik-baik saja. “Tetapi pamanmu berkata bahwa kau terluka, apakah kamu baik-baik saja ?”, Kata ayahnya.

“Aku tidak pernah mengalami luka apapun,” kata Cao-cao, ” tetapi aku telah kehilangan kepecayaan pamanku dan dia hanya menipumu.”. Setelah itu apapun yang pamannya katakan mengenai kesalahan Cao-cao, ayahnya tidak pernah mendengarkannya lagi. Akhirnya Cao-cao tumbuh dewasa dengan seenaknya dan tidak terkontrol.

Seorang pria pada saat itu bernama Qiao Xuan berkata pada Cao-cao, “Pemberontakan sudah didepan mata, dan hanya orang dengan kemampuan terhebat yang dapat membawa perdamaian kembali muncul, dan orang itu adalah kau.” dan He Yong dari NanYang berkata kepadanya “Dinasti Han sedang mengalami keruntuhan, orang yang dapat mengembalikan kedamaian adalah dia dan hanya dia.” Cao-cao pergi ke Runan untuk menanyakan mengenai masa depannnya pada orang benama Xu Shao. “Orang Seperti Apakah aku ini ?” tanya Cao-cao.

Peramal itu tidak berkata apa, lagi dan lagi Caocao menanyakan hal itu. lalu Xu Shou menjawab “Dalam masa damai kamu adalah orang berguna, dalam masa kekacauan kamu adalah pahlawan yang hebat.”

Cao-cao sangat senang mendengar jawaban ini.

Cao-cao lulus dari akademi militer pada umur 20 tahun dan mendapatkan reputasi sebagai orang yang berintegritas. Dia memulai karir sebagai kepala komandan disebuah distrik di ibukota. Di keempat gerbang ibu kota dia menaruh gada dengan berbagai bentuk dan dia akan menghukum orang yang melanggar hukum apapun pangkat orang itu. Seorang paman dari kasim Jian Shuo ditemukan membawa pedang dijalanan pada malam hari dan itu merupakan pelanggaran. Karena itu pula maka ia dihukum dengan dipukul menggunakan gada itu. Setelah itu tidak ada seorangpun yang berani melanggar aturan lagi. Nama cao-cao akhirnya menjadi terkenal dan dia diangkat menjadi kepala pengadilan di DunQiu.

Ketika pemberontakan Jubah Kuning dimulai, Cao-cao berpangkat jendral dan kepadanya diberikan 5000 pasukan berkuda dan infantri untuk bertempur di Yingchuan. Dia kebetulan bertemu dengan sisa2x pemberontak. Ribuan tewas dan banyak sekali kuda, drum, senjata, bendera yang berhasil direbut berikut jumlah uang yang sangat besar. Tetapi Zhang Ba dan Zhang Liang berhasil melarikan diri. Dan setelah bertemu dengan Huangfu Song, Cao-cao mengejar sisa pemberontak yang melarikan diri.

Sementara itu Liu Bei dan saudaranya sedang berkuda menuju YingChuan ketika mereka mendengar bunyi pertempuran dan melihat api di angkasa. Tetapi mereka terlambat datang ke pertempuran. Mereka melihat HuangFu Song dan Zhu Jun dan kepada mereka Liu Bei menjelaskan maksud kedatangannya.

“Kekuatan pemberontak telah hancur di sini” kata jendral itu, “Tetapi mereka pasti akan pergi ke GuanZong untuk bergabung dengan Zhang Jue. Kamu tidak dapat melakukan apapun disini, lebih baik kamu cepat kembali ke GuanZong”. Liu Bei akhirnya memimpin pasukannya kembali ke GuanZong, Di tengah perjalanan mereka melihat pasukan istana sedang mengawal tawanan dalam kereta. Ketika mereka mendekat, mereka melihat bahwa tahanan tersebut adalah Lu Zhi, jendral yang akan mereka tolong. Dengan cepat Liu Bei turun dari kudanya dan bertanya apa yang terjadi.

Lu Zhi Bercerita “Aku telah mengepung tentara pemberontak dan dalam posisi siap menghancurkan mereka, ketika Zhang Yue menggunakan ilmu gaibnya dan mengagalkan seranganku. Kerajaan mengirimkan kasim Zhuo Feng untuk menyelidiki kekalahku, pejabat itu menuntut sogokan. Aku beritahukan padanya berapa keras kita mencoba untuk mengalahkan musuh dan dalam situasi seperti ini bagaimana caranya aku dapat mencarikan upeti untuknya. Dia pergi dengan marah dan melaporkan pada
istana bahwa aku menyembunyikan pampasan perang dan tidak membagikannya dan itu membuat pasukanku kehilangan semangat. Jadi aku digantikan oleh Dong Zhuo, dan aku harus pergi ke ibu kota untuk menjawab tuntutan pengadilan.”

Cerita itu membuat Zhang Fei marah dan nyaris saja dia membunuh para pengawal-pengawal kerajaan itu. Tapi Liu Bei mencegahnya. “Pemerintah akan mengurusnya dengan adil” kata Liu Bei “Kau jangan bertindak gegabah.”

Akhirnya tidak ada gunanaya mengikuti jalan itu menuju GuanZong, Guan Yu mengusulkan agar mereka kembali ke Zhuo. Dua hari kemudian gelegar peperangan kembali terdengar dibalik bukit. Dengan cepat mereka menuju atas bukit dan melihat tentara pemerintah mengalami kekalahan. Mereka melihat seluruh dataran telah dipenuhi tentara pemberontak jubah kuning dan dibendera mereka tertulis: Zhang Jue, Penguasa Langit.

“Kita akan menyerang Zhang Jue!” lata Liu Bei kepada saudaranya, dan mereka memacu kudanya untuk ikut bertempur. Zhang Jue berhasil mengalahkan pasukan Dong Zhuo dan terus menekan. Dia sedang bersemangat untuk menghancurkan seluruh pasukan pemerintah ketika tentara Liu Bei tiba, pasukannya kebingungan karena muncul pasukan yang tak dikenal ditengah2x mereka. Akhirnya pasukan Zhang Jue kacau dan mundur sejauh 15 km. Liu Bei berhasil menyelematkan jendral pasukan pemerintah dan kembali ke perkemahan mereka.

“Apakah Jabatanmu ?” Tanya Dong Zhuo.

“Tidak ada” jawab Lie Bei.

Dan Dong Zhuo memperlakukan mereka dengan tidak hormat. Liu Bei pergi dengan tenang, tetapi Zhang Fei marah besar.

“Kita Baru saja menyelamatkan nyawanya dalam pertempuran yang sengit” teriak Zhang Fei, ” Dan sekarang dia bersikap kasar pada kita! tidak ada apapun juga yang dapat meredam kemarahanku kecuali kematiannya!”.

Zhang Fei berjalan menuju tenda Dong Zhuo dan ditanganya dia mengengam sebilah pedang.

3 fakta mengapa caocao jahat

Cao Cao adalah salah seorang menteri pada akhir Dinasti Han. Dia kehilangan posisi menteri dan menjadi buronan karena gagal membunuh Dong Zhuo, yang berusaha menguasai istana.


Banyak orang menganggap Cao Cao sebagai orang jahat, ini disebabkan oleh tiga hal. Pertama, Cao Cao menjadi buronan setelah gagal membunuh Dong Zhuo. Pada saat perjalanan pulang ke kota asalnya, Cao Cao menginap di rumah seseorang. Saat itu dia berjaga sampai malam dan mendengar orang-orang sedang mengasah pisau. Karena salah paham atau tidak mengerti, Cao Cao mengira mereka akan membunuh dirinya. Oleh karena itu Cao Cao menyerang terlebih dahulu dan membunuh mereka semua. Sebenarnya sang tuan rumah sedang mempersiapkan sebuah pesta untuk Cao Cao dan ingin menyajikan hidangan yang mewah.

Kedua, pada saat Dong Zhuo semakin berkuasa, Kaisar meminta perlindungan dari Cao Cao. Dan Cao Cao dapat memanfaatkan sang Kaisar untuk melakukan keinginan pribadinya, seperti memerintah para raja wilayah. Oleh sebab itu, Cao Cao dinilai tidak berbeda dengan Dong Zhuo.

Terakhir, Cao Cao juga menyebabkan kematian dari seorang dokter ternama, Hua Tuo. Karena kecurigaan, Cao Cao mengira Hua Tuo ingin membunuh dirinya ketika sang dokter menyarankan mengoperasi kepala Cao Cao demi menghilangkan tumor yang ada. Hua Tuo dimasukkan ke dalam penjara dan tidak lama kemudian meninggal.

Cao Cao meletakkan dasar bagi Kerajaan Wei ketika dia berhasil mengalahkan Yuan Shao, seorang raja wilayah yang lebih kuat. Daerah kekuasaan Cao Cao terbentang seluas padang pasir Mongolia dan kemudian berhasil menguasai daerah-daerah lain setelah mengalahkan Yuan Shao pada pertempuran di Guandu.

Faktor-faktor yang membuat Cao Cao berhasil mengalahkan Yuan Shao adalah terbakarnya gudang makanan Yuan Shao di Wuchao, Guan Yu membunuh dua orang jenderal utama Yuan Shao (Yan Liang dan Wen Chou), dan seorang penasehat Yuan Shao (Xu You) yang berpihak kepada Cao Cao.

Dengan tidak adanya Yuan Shao, maka Cao Cao mengalihkan perhatian ke daerah selatan. Liu Zhong yang menguasai daerah Jingzhou menyerah ke tangan Cao Cao setelah kematian Liu Biao (ayah Liu Zhong).

Setelah menguasai Jingzhou, Cao Cao memusatkan perhatian ke Liu Bei yang berada di Jiang Xia. Namun karena takut diserang Kerajaan Wu, maka Cao Cao mengajukan usul kerja sama dengan Kerajaan Wu untuk mengalahkan Liu Bei. Ternyata Kerajaan Wu lebih bersedia bekerja sama dengan Liu Bei.

Marah karena gagal bekerja sama dengan Kerajaan Wu, Cao Cao membangun angkatan perang untuk sekaligus memusnahkan Kerajaan Wu dan Kerajaan Shu (Liu Bei). Pertarungan besar tersebut terjadi di Chibi dan Cao Cao menerima kekalahan besar. Jika bukan karena Guan Yu, Cao Cao sudah meninggal pada saat itu.

Cao Cao berhasil melarikan diri ke Fancheng, yang diperintah oleh Cao Ren, dan kembali ke Ibukota Xuchang untuk membangun kembali tentaranya.

Pada masa itulah kerja sama antara Liu Bei dan Sun Quan (Kerajaan Wu) pecah karena masalah Jingzhou. Karena perpecahan itu, Cao Cao berhasil mengajak Sun Quan bekerja sama untuk menyerang Jingzhou, yang dikuasai Liu Bei.

Setelah itu Cao Cao menyerang Hanzhong namun tidak meneruskan serangannya, meskipun Sima Yi menginginkan hal tersebut. Hanya masalah waktu sebelum Liu Bei berhasil membangun kembali kekuatan dan menyerang Cao Cao.

Cao Cao mundur ke Xuchang dan beberapa lama kemudian dia meninggal karena penderitaan di kepalanya.

Jumat, 16 Juli 2010

profil caocao

Cao Cao merupakan seorang tokoh Zaman Tiga Negara yang terkenal. Ia dikenal sebagai pemikir ulung, ahli strategi dan juga pakar perang. Nama lengkapnya adalah Cao Mengde, juga dikenali sebagai Cao Aman yang merupakan nama ringkasnya, Dia dilahirkan di kota Qiao (sekarang di wilayah propinsi Anhui). Ayah Cao Cao ( Cao Mengde ), Cao Song adalah seorang yang dilahirkan dengan marga Xiahou dan nama Song. Xiahou Song adalah nama lengkapnya. Tetapi Xiahou Song kemudian di angkat anak oleh Salah seorang Keluarga Cao, yaitu Kasim Cao Teng.

Di masa mudanya, Cao Cao sangat menyukai kegiatan Berburu, bernyanyi, dan menari. Cao Cao adalah orang dengan banyak akal dan sangat pintar. Salah seorang Paman Cao Cao, melihat Cao Cao membuang-buang waktu dengan kegiatan tidak berguna kemudian mengadukan Cao Cao kepada Ayahnya, Cao Song. Hal ini mengakibatkan Cao Cao di marahi habis habisan oleh ayahnya.



Cao Cao akhirnya tumbuh dengan moral buruk dan tidak terkendali. Seseorang yang bernama Qiao Xian pernah berkata kepada Cao Cao, “Pemberontakan akan segera terjadi. Hanya orang dengan kemampuan luar biasalah yang mampu membuat dunia kembali kedalam keadaan damai.Dan orang itu adalah Kau”. Hal yang sama juga di ucapkan oleh He Yong. Dengan ucapan-ucapan tersebut, Cao Cao mencoba menemui seorang bijak dari Runan, Xu Shao. Cao Cao bertanya kepada Xu Shao, “Orang seperti apakah aku ini?”. Xu Shao menjawab “Di Masa damai kau adalah bawahan yang sangat berguna, Di Masa Kacau kau adalah Pahlawan Yang Licik”.

Di umurnya yang ke-20, Cao Cao lulus dan menjadi terkenal dengan kelakuan baiknya dan juga integritasnya. Cao CAo kemudian menempati posisi sebagai Commanding Officer di sebuah daerah yang dekat dengan Ibu Kota. Di sini Cao Cao menjadi semakin terkenal dengan kebijakannya menghukum mereka yang melanggar hukum tanpa memandang kedudukan mereka. Hal ini merupakan sesuatu yang jarand di jaman tersebut. Dalam waktu singkat Cao Cao kemudian di angkat menjadi Magistrate wilayah Dunqiu.



Saat pemberontakan Yello Ribbon di AD 184, Cao Cao dipromosikan dari Jendral ke Cavalry Commander dan diberikan sebanyak 5000 Tentara berkuda untuk ia komandani. Cao Cao lalu di tugaskan untuk membantu Huangfu Song dan Jhu Zun di Ying Chuan. Saat tentara Cao Cao sampai di Changse, mereka menemukan tentara pembrontak yang sedang melarikan diri. Cao Cao memerintahkan tentaranya untuk membantai mereka. Ribuan tentara pemberontak Yellow Scarf di potong hingga berkeping-keping oleh tentara Cao Cao. Tentara yang melarikan diri itu di pimpin oleh dua dari tiga Pencipta Pembrontak Yello Scarf, Zhang Bao dan Zhang Liang. Mereka berdua berhasil meloloskan diri dari pembataian tentara Cao Cao.
Cao Cao memutuskan untuk mengejar keduanya sehingga akhirnya Zhang Bao dan Zhang Liang memutuskan untuk mengambil jalan berbeda. Cao Cao memutuskan untuk mengejar Zhang Liang dan membiarkan Zhang Bao melarikan diri.

Menjelang akhir dinasti Han, yang merupakan salah satu dinasti terlama di antara dinasti-dinasti lain di China, tiga buah negara yaitu Wei, Wu dan Shu berkompetisi satu dengan yang lain berebut kekuasaan. Cao Cao, yang menjadi penguasa Wei adalah yang paling kuat di antara ketiganya dan mendominasi daerah utara. Dia juga menjadi perdana menteri kekaisaran Han yang sepenuhnya mengontrol raja muda dinasti Han. Dengan menggunakan nama raja, dia memberi perintah dan menyerang mereka yang tidak mematuhinya. Dia bermaksud untuk menghancurkan negara Shu dan Wu dan memperluas kekuasaannya ke seluruh China. Sebagai orang yang bermuka dua, Cao Cao tidak hanya seorang prajurit profesional yang baik tetapi juga seorang yang berpendidikan. Tetapi dia sangat kejam, tidak setia dan penuh curiga. Motonya yang terkenal adalah: “Lebih baik saya mengkhianati seluruh dunia daripada membiarkan seluruh dunia mengkhianati saya.”



Kemenangan terbesarnya adalah Pertempuran Guandu menaklukkan Yuan Shao yang pada saat itu merupakan jenderal perang terbesar di wilayah utara Tiongkok. Setelah penaklukan itu, ia resmi menjadi perdana menteri dan berhasil mempersatukan Tiongkok utara. Sementara itu kekalahannya yang terbesar adalah ketika pertempuran Chibi atau yang dikenal dengan nama Red Cliff.
Jumlah pasukan Cao Cao jauh lebih banyak daripada jumlah pasukan gabungan dua kekuatan Wu dan Shu yang hanya berjumlah 50.000 orang. Mereka ditempatkan di sebelah utara Sungai Yangtze. Kontak senjata awal dengan angkatan laut Wu menyebabkan kerusakan parah pada pasukan Cao. Kebanyakan pasukan Cao hampir tidak dapat berdiri dalam perahu yang bergoyang karena mereka adalah orang utara yang tidak mempunyai pengalaman berperang di air. Maka Cao Cao memerintahkan dua orang jenderal yang baru direkrut Zhang Yun dan Cai Mao, yang sebelumnya menjabat sebagai petinggi angkatan laut Wu dan berkhianat membelot ke pasukan Cao Cao dengan tujuan melatih orang-orang Cao Cao. Kompi angkatan laut lalu dibentuk; latihan militer dilaksanakan sepanjang hari; obor-obor yang dinyalakan untuk menerangi medan latihan menerangi langit.

Tentara Cao Cao yang tidak terbiasa peperangan di air mengalami mabuk karena goncangan-goncangan di kapal, sehingga disetujuinya sebuah usul untuk menggabungkan kapal-kapal yang ada satu sama lain dengan rantai. Ini membuat Cao Cao sangat bangga dan tentaranya tidak mabuk. Namun kebanggaan itu berubah menjadi malapetaka bilamana tentara Kerajaan Wu, musuh Cao Cao saat ini, mengirimkan api melalui kapal yang sengaja dibakar. Dalam waktu singkat, kehancuran dan kekalahan harus dialami Cao Cao.



Kekalahan Cao Cao memberikan rasa percaya diri yang tinggi kepada Kerajaan Wu, meskipun mereka memiliki tentara yang lebih sedikit dari Cao Cao namun mereka memiliki keuntungan alamiah dengan adanya Sungai Yangtze dan kemampuan mereka yang sudah terbiasa berperang di air. Bagi Liu Bei, pertempuran Chibi memberikan pijakan yang berarti karena dapat menguasai Jingzhou bagi membangun tentara dan bahan makanan sementara Kerajaan Wu mencoba menguasai Hefei.
Sementara itu, dengan dikawal oleh pengawalnya, Cao Cao melarikan diri melalui hutan yang terbakar. Mereka hampir keluar dari hutan ketika mereka diserang oleh tentara gabungan Wu dan Shu yang telah menanti di jebakan. Setelah melewati tiga jebakan yang dipasang oleh Zhuge Liang, pasukan Cao yang masih sisa hanya tinggal beberapa ratus orang saja. Namun tiba-tiba pasukan mereka dihadang oleh pasukan Guan Yu yang menunggu mereka.



Guan Yu tidak pernah melupakan perlakuan Cao dan kebaikannya di masa lampau. Dia merasa berutang budi. Melihat kondisi Cao dan orang-orangnya yang kacau balau, dia tidak tega menangkap Cao Cao. Maka ia memerintahkan perwiranya untuk membuka jalan buat Cao Cao. Setelah Cao Cao dan orang-orangnya berlari untuk melewatinya, Guan Yu tiba-tiba berteriak supaya mereka berhenti seakan-akan dia menyesali perbuatannya. Pada saat itu, orang-orang Cao turun dari kuda-kuda mereka, berlutut di hadapan Jenderal Guan Yu dan menangis. Jenderal merasa sangat kasihan kepada mereka. Sambil menghela napas, dia akhirnya melepaskan mereka. Dari pasukan Cao Cao yang berjumlah 200.000 orang, hanya dua puluh delapan yang selamat dari pertempuran di Chibi. Dengan runtuhnya kekuatan militer kerajaan Wei, terbentuklah kekuatan yang seimbang di antara ketiga kerajaan: Wei, Shu dan Wu.
Cao Cao akhirnya harus meninggal bukan dalam pertempuran, namun karena sakit yang dideritanya. Sejak dirinya sakit-sakitan, dia memanggil seorang Tabib handal bernama Hua To, namun karena kecurigaannya terhadap Hua To, akhirnya Cao Cao menjebloskan tabib tersebut ke dalam penjara. Karena tidak diobati lagi, akhirnya Cao Cao meninggal di daerah Luoyang.



Dalam game, sering sekali dikisahkan bahwa Liu Bei ialah tokoh yang baik sedangkan Cao Cao ialah tokoh yang jahat, sebenarnya di dalam sejarah yang sebenarnya tidak ada tokoh yang jahat dan baik tetapi lebih merupakan tokoh-tokoh yang berambisi di dalam penguasaan China pada waktu itu. Bahkan dalam sejarah mengatakan sebenarnya Cao Cao merupakan tokoh yang lebih hebat dari Liu Bei, bahkan dia dapat menyusun suatu buku tentang strategi perang yang bagus tetapi karena kesombongannya, semua buku tersebut dibakarnya. Rakyat di bawah pemerintahan Cao Cao pada masa itu hidup makmur dan jaya. Memang Cao Cao merupakan tokoh yang keras, pintar dan sedikit kejam.



Dari berbagai sumber.